MENGENAL JENIS DAN METODE BERPIKIR FILSAFAT ( ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM KONTEKS FILSAFAT ILMU)
Mahfudzdianto & Herman
Abstraksi
Filsafat merupakan sikap cara pandang hidup serta sebuah bidang terapan untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi seseorang yang berada di dalam dunia pendidikan karena manusia menentukan pikiran dan pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan akhir dari kebenaran sebuah obyek ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang selalu berusaha untuk mencari kebenaran. Filsafat juga disebut sebagai induk dari segala ilmu pengetahaun, banyak ilmu pengetahuan yang berasal dari filsafat. filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan yakni apa yang dapat diketahui, (jawabnya metafisika), apa yang seharusnya di ketahui (jawabnya etika), sampai dimana harapan kita (jawabnya agama), Disisi lain, filsafat ilmu juga membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat abstrak maupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk memahami secara menyeluruh segala untuk permasalahan dalam filsafat ilmu bisa dikatakan gampang-gampang sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan yang jelas mungkin kita hanya dapat menguasai sebagian kecil dari luasnya ruang lingkup yang ada dalam pembahasan filsafat ilmu tersebut.
Pendahuluan
Membahas filsafat tidak lepas dari bagaimana kita memandang suatu objek yaitu kajian ilmu pengetahuan, dimana filsafat dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan hidup dari suatu bidang terapan untuk membantu individu menilai keberadaannya dengan cara yang lebih memuaskan. Filsafat membawa kita ke pengetahuan dan pemahaman membawa kita pada tindakan yang tepat, filsafat ilmu membutuhkan pemahaman bagi seseorang yang ingin belajar di dunia pendidikan karena dia harus menentukan sikap dan pemikiran, mengarahkan tindakan seseorang untuk mencapai tujuannya .
Filsafat Sains selalu mencari kebenaran. Filsafat juga Disebut sebagai induk dari ilmu yang ada, ada beberapa ilmu yang lahir darinya filsafat. Immanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi subjeknya dasar dari semua pengetahuan yang mencakup empat masalah, yaitu apa adanya dapat diketahui? (jawab metafisika), apa yang harus diketahui? (menjawab etika) dimana harapan kita? (menjawab agama) apa itu manusia? (jawab antropologi). (Ahmad Tafsir, 2001: 11), filsafat ilmu juga membahas tentang sesuatu yang bahkan ada yang mungkin ada baik abstrak maupun nyata meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Jadi untuk benar-benar memahami semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpanya peta dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya angkasa cakupan filsafat.
Mengkaji pendidikan merupakan suatu hal yang menarik, selama di semesta ini masih ada kehidupan manusia. Pendidikan harus menjadi perhatian yang utama di dunia ini, karena dengan mendidik para generasi selanjutnya, manusia bisa mengembangkan budaya hingga dalam upaya mendidik sering dinamakan juga sebagai agen perubahan dari budaya. Orang dapat mengambil sikap dan menentukan perilaku, serta jalan selanjutnya dengan akal berpikir yang diperoleh dengan pendidikan. Hasil dari pengalaman belajar melalui proses pendidikan selalu nyata dan akurat, tidak pada emosi dan bergegas yang berpengalaman oleh manusia.
Filsafat ciri bersifat menentukan artinya bahwa filsafat pendidikan itu spesifik, yaitu bahwa tujuan-tujuan dan sarana umum harus ditentukan dalam pendidikan untuk mendapatkan tujuan tersebut. Filsafat pendidikan bersifat analitik ketika filsafat pendidikan berusaha menjabarkan penjelasan teoritis dan bersifat menentukan, mengkaji gagasan pendidikan yang logis, baik keselarasannya dengan gagasan lain ataupun mengarah pada pembelokan pemikiran. Konsep pendidikan dianlisis secara tajam serta diperiksa apakah konsep-konsep ini memadai atau tidak Kapan tatap muka dengan fakta yang sebenarnya. Filsafat pendidikan berusaha menjelaskan berbagai makna yang saling berkaitan dengan istilah-istilah itu banyak digunakan dalam bidang pendidikan seperti kebebasan, penyesuaian, pertumbuhan, pengalaman, kebutuhan, dan pengetahuan. Kejelasan istilah akan sampai pada hal-hal yang hakiki, maka kajian filsafat tentang pendidikan akan ditinjau oleh cabang filsafat yang bernama metafisika atau ontologi. Ontologi Menjadi salah landasan dalam filsafat pendidikan. Di samping itu yaitu studi pendidikan filsafat membutuhkan juga basis epistemologis dan basis aksiologis. Filsafat pendidikan harus dilakukan dengan pendidikan modern antara satu sama lain. Demikian tulisan ini dibuat untuk membahas aliran filsafat pendidikan modern ditinjau dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Pembahasan
Definisi Ontologi
Kata ontologi berasal dari kata Yunani, yaitu Ontos: being, dan Logos: logic. Jadi, ontologi adalah teori being qua being (teori wujud sebagai eksistensi) atau pengetahuan yang ada. Ontologi didefinisikan sebagai cabang terkait metafisika dengan studi tentang keberadaan itu sendiri. Ontologi memeriksa apa yang ada, di seluruh sesuatu itu ada.
Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama”, yaitu studi tentang apa yang ada sejauh ini ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk Tuhan dan semua ciptaan, dan mendasari teologi sebaik fisika. Pertanyaan yang mengaitkan obyek Apa yang dipelajari oleh pengetahuan itu ( ontologi ), bagaimana mengetahui pengetahuan ( epistemologi ), dan Apa fungsi pengetahuan itu ( aksiologi ).
Ontologi adalah salah satu kajian filsafat yang paling lama yang berasal dari Yunani. Belajar itu Bahas adanya sesuatu yang ciri konkret. Angka Yunani yang memiliki melihat yang ciri ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales, Misalnya, melalui kontemplasinya ke air yang ada di di mana pun, dia sampai pada kesimpulan bahwa air adalah “substansi terdalam” yang merupakan asal dari segala sesuatu sesuatu. Yang benar- benar penting bagi kita bukanlah ajarannya yang mengatakan bahwa itu adalah air asal mula segala sesuatu, tetapi keyakinannya bahwa “sangat mungkin bahwa segala sesuatu berasal dari satu zat belaka.” Menurut The Liang Gie , ontologi merupakan bagian dari filosofi dasar yang mengungkapkan makna keberadaan yang sedang dibahas meliputi isu-isu berikut: (a) apakah itu berarti ada, sesuatu yang ada?; (b) kelas apa yang ada di sana?; (c) apakah alam basis realitas dan Hal ada?; (d) adalah cara yang berbeda di kesatuan dari kategori logis yang berbeda (Misalnya objek fisik, definisi universal, abstraksi dan nomor). Lalu dalam Ensiklopedi Inggris dijelaskan itu ontologi merupakan teori atau kajian tentang wujud ( being/being ) sebagai ciri dasar dari semua realitas. Ontologi memiliki makna yang sama dengan metafisika, yaitu kajian prinsip tentang penentuan hakikat sejati dari real ( nyata alam ) dari sesuatu obyek yang menentukan makna dari obyek tersebut).
Korelasi Ontologi dengan Ilmu Pengetahuan
Kita ketahui bersama bahwa ontologi adalah sesuatu pembelajaran sains yang bersentral pada pembahasan tentang alam. Ketika menghubungkan ontologi dengan filsafat pendidikan, maka akan muncul sesuatu koneksi tentang ontologi filsafat pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang sadar akan suatu tujuan. Disini artinya ada pendidikan bermaksud untuk mencapai tujuan, sehingga dengan tujuan ini menjadi penting di pemeliharaan pendidikan. baik umum bisa dikatakan itu pendidikan bisa membawa anak pada kedewasaan, kedewasaan baik jasmani maupun rohani. Dengan penuh arti arti pendidikan jadi arti ontologi di pendidikan itu sendiri adalah analisis objek material ilmu pengetahuan. Diisi dengan hal-hal yang empiris dan belajar tentang apa yang orang ingin tahu dan objek apa dipelajari oleh sains. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan di mana mengatur semua kegiatan pendidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati kedudukan landasan paling dasar dari landasan ilmu yang di dalamnya terletak konstitusi dasarnya dunia pengetahuan. Telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan secara ontologi dapat diartikan sebagai masalah tentang intisari pendidikan. Faktanya dalam tiap hubungan keberadaan manusia, pendidikan selalu eksis. Tanggung jawab dan kewajiban dalam hidup tidak dapat dijalankan manusia tanpa pendidikan. Pendidikan secara spesifik digunakan untuk mengembangkan seluruh potensi alam (bawaan) yang ada di diri sendiri pria. Dengan demikian, bisa dipahami bahwa cara pendidikan di hubungan dengan asal, adanya, dan arah kehidupan manusia disebut ontologi pendidikan.
Definisi Epistemologis
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” serta “Logo”. “Episteme ” cara pengetahuan (pengetahuan ), “Logo” cara teoritis. Dengan dengan demikian, epistemologi dengan cara Secara etimologi berarti teori pengetahuan. Epistemologis apakah pengetahuan itu sebenarnya, Dari mana datangnya pengetahuan dan bagaimana itu terjadi? Dengan menyederhanakan batasan Untuk itu, Brameld mendefinisikan epistemologi sebagai “ epistemologi yang memberikan guru jaminan bahwa dia menyampaikan kebenaran kepada murid-muridnya ”. Definisi ini dapat diterjemahkan sebagai “epistemologi memberikan kepercayaan dan kepastian bagi guru yang diberikannya kebenaran ke murid-muridnya.” Di samping itu banyak sumber yang mendefinisikan definisi epistemologi di termasuk:
1. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas masalah-masalah filosofis yang sekitar teori pengetahuan pengetahuan.
2. Epistemologi adalah pengetahuan sistematis yang Bahas tentang kejadian pengetahuan, sumber pengetahuan, asal pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, keabsahan, dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).
3. Epistemologi adalah cabang atau bagian filsafat yang berbicara tentang tentang pengetahuan, itu adalah tentang kejadian pengetahuan dan keabsahan atau kebenaran pengetahuan.
4. Epistemologi adalah metode bagaimana Dapatkan pengetahuan, sumber pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan. Orang dengan latar belakang, kebutuhan- kebutuhan yang berbeda, dan kepentingan harus ditangani masalahyang seperti dari mana saya berasal? proses terjadi penciptaan alami? Apa esensi pria? Menolak ukur jenis dan kejelekan untuk pria? Apakah faktor kesempurnaan jiwa manusia? Dimana pemerintah yang sebenarnya dan adil? Mengapa keadilan baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan lainnya. tuntutan sifat dan keingina manusia untuk tahu yang dalam pasti mencari jawaban serta solusi atas masalah tersebut dan hal-hal yang akan dihadapi. Pada Pada dasarnya manusia ingin mencapai suatu hakikat dan berusaha tahu sebuah obyek yang ada Tidak dia tahu. Lebih jelasnya perhatikan contoh berikut, misalnya ‘kursi’ adalah cara kerjanya pikiran untuk memahami substansi kursi. Dalam realitas konkret, kita selalu bertemu berbagai kursi di dalamnya jenis, sifat, bentuk dan bentuk. Menurut jenis bentuk, posisi, dan fungsinya adalah kursi makan, kursi belajar, kursi goyang, kursi tamu, dan lain sebagainya. Namun, tanpa memedulikan dari Hal itu semua ‘kursi’ adalah kursi Tidak ‘meja’ meskipun bisa berfungsi sebagai meja atau Sebagai sebuah alat (obyek palsu) di bentuk tertentu, yang berfungsi sebagai ‘tempat duduk’. Sedangkan duduk merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang posisi menempatkan seluruh tubuh dengan berbagai jenis dan karakteristik benda atau benda di dalamnya keadaan seperti apa pun, di mana, dan kapan pun mereka berada dan siapa biasanya diaktifkan sebagai tempat duduk.:
5. Rasionalis
Aliran ini berpendapat bahwa semua pengetahuan berasal dari akal dan budi, dalam hal ini tokohnya antara lain Rene Descastes (1596- 165)
6. Empirisme
Genre ini berdiri itu semua pengetahuan pria didapatkan menempuh pengalaman indra. Indera memperoleh pengalaman (tayangan) dari alami empiris, tayangan berikut terakumulasi diri manusia menjadi pengalaman. Karakternya diaantaranya:
a. John Locke (1632-1704), menyatakan pengalaman dibagi menjadi dua macam, yaitu (1) pengalaman luar ( sensasi ), yaitu pengalaman yang diperoleh dari luar dan (2) pengalaman batin ( refleksi ). Kedua pengalaman merupakan gagasan sederhana yang kemudian membentuk suatu proses asosiasi ide yang kompleks.
b. David Hume (1711-1776), yang melanjutkan prinsip empiristik. Hume tidak sependapat ide sederhana adalah salinan dari sensasi sederhana atau ide sederhana atau kesan kompleks. Aliran ini kemudian meluas dan berpengaruh besar ke perkembangan pengetahuan khususnya pada era 1900 dan 2000-an
7. Realisme
Realisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa benda-benda kita menyerap masa lalu indera adalah nyata dalam objek. Benda-benda itu tidak bergantung pada subjek yang mengetahui atau dengan kata lain tidak bergantung pikiran subjek. Pikiran dan dunia di luar satu sama lain berinteraksi, tetapi interaksi itu memengaruhi alam basis dunia itu. Dunia ada sebelum pikiran sadar dan akan terus ada setelah pikiran berhenti sadar. Tokoh aliran ini antara lain Aristoteles (384- 322 SM), teori Aristoteles mengatakan realitas berada pada dalam hal yang nyata atau dalam proses pengembangannya. Keteraturan dan materi tidak dapat dipisahkan dari segi wujud, gagasan atau prinsip. Perkembangan aliran ini kemudian menjadi aliran realisme baru dengan karakter George Edward Moore, Bertrand Russell, sebagai reaksinya ke Genre idealisme, subjektivisme, dan absolutisme. Berdasarkan prinsip baru realisme dikatakan bahwa adanya obyek tidak dipengaruhi pada diketahui obyek itu.
8 Kritik
Kritik negara itu nalar menerima bahan pengetahuan dari empiris (terdiri dari indera dan hal yang pernah dirasakan). Maka akal akan meletakkan, menyusun, serta mengatur dalam bentuk pengamatan, yaitu ruang dan waktu. Pengamatan adalah Mulailah pengetahuan sedangkan pengolahan nalar adalah pembentukannya. Angka Genre ini adalah Imanuel Kant (1724-1804). Kant mempersatukan Di antara rasionalisme dan empirisme.
9. Positivisme
Genre ini berada diantara Agustus Comte, yang melihat eksistensi pemikiran rakyat pria bisa dikelompokkan menjadi tiga langkah, itu adalah:
a. Teologis, manusia meyakini bahwa ilmu disebut juga pengetahuan mutlak. Pria pada Melangkah ini tetap berpandangan takhayul oleh karenanya subjek dan obyek tidak terpandang
b.Panggung metafisika, itu adalah pemikiran pria dicoba memahami dan pemikiran realitas, tetapi fakta dalam hal ini belum dapat dibuktikan.
c. Tahap Positif, pada masa ini ditandai dengan adanya penemuan hukum-hukum dan hubungan melalui fakta melalui cara berpikir manusia. Dengan demikian, pada tahap ini pengetahuan manusia bisa mengembangkan dan terbukti masa lalu fakta.
10. Keraguan
Mengklaim bahwasanya indera itu menipu atau menyesatkan. Akan tetapi pada saat itu modern mengembangkan Menjadi keraguan metodis (sistematis) yang memerlukan ada bukti sebelum pengalaman diakui sebagai benar. Sosok skeptisnya adalah Rene Descartes (1596- 1650).
11. Pragmatisme
Mempersoalkan tentang pengetahuan dengan manfaat atau kegunaan dari pengetahuan itu. Dalam sebuah kata kebenaran pengetahuan lainnya harus dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana untuk sebuah aksi. Tokoh aliran ini, termasuk CS Pierce (1839-1914), menyatakan bahwa yang yang terpenting adalah keuntungan Apa (pengaruh Apa) yang bisa diadakan sesuatu pengetahuan dalam rencana. pengetahuan kami tentang sesuatu tidak lainnya adalah gambaran yang kita dapatkan dari konsekuensi yang bisa kita saksikan. Angka lain adalah William James (1824-1910) menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu adalah bertekad oleh konsekuensi praktis.
Definisi Aksiologi
Secara etimologi, aksiologi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “ aksios ” yang artinya nilai dan kata “ logos “ berarti teori. Jadi, aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari skor. Dengan kata lain, aksiologi adalah teori nilai. Suriasumantri mendefinisikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kemanfaatan ilmu yang diperoleh. Aksiologi mendalam Kamus Bahasa Indonesia (1995) adalah penggunaan ilmu bagi kehidupan manusia, belajar tentang nilai-nilai khusus etika. Berdasarkan Wibisono seperti yang dikutip Surajyo (2007), aksiologi adalah nilai sebagai ukuran kebenaran, etika dan moral sebagai landasan penelitian normatif dan eksplorasi, serta penerapan pengetahuan. Dalam Ensiklopedia Filsafat
dijelaskan itu aksiologi disamakan dengan nilai dan penilaian . berdiskusi aksiologi tentu saja membahas masalah apa sebenarnya nilai
itu? menggambarkan nilai sebagai sesuatu yang menarik bagi seseorang,
sesuatu yang menyenangkan, sesuatu untuk dicari, sesuatu untuk disukai dan ingin. pendeknya, nilai adalah mendeskripsikan hal yang baik.
1. Pengaruh Aksiologi dalam ilmu Pengetahuan
Aksiologi di dunia pendidikan mengukur dan mengintegrasi nilai- nilai itu di kehidupan manusia dan membangun karakter peserta mendidik. Kenyataanya, perihal apa yang baik, benar, buruk dan jahat sebenarnya tidak mudah dijelaskan. Khususnya, bagus, Benar, Cantik dan buruk, yang sengaja dibentuk ntuk membangun kepribadian ideal anak, jernih adalah Kewajiban pendidikan utama.
Pendidikan harus memberi pengertian/pemahaman bagus, Benar, bagus, buruk dan sejenisnya kepada siswa secara komprehensif dari segi etika, estetika, dan sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai tersebut terintegrasi dan saling berinteraksi. Nilai dalam rumah tangga/keluarga, tetangga, kota, negara adalah nilai-nilai yang mustahil diabaikan dalam dunia pendidikan bahkan di sisi lain harus Dapatkan perhatian.
Ajaran Islam adalah seperangkat sistem nilai, yaitu pedoman hidup secara Islami dengan tuntunan Allah SWT. Aksiologi pendidikan Islam terkait dengan nilai-nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai di pendidikan Islam. Sedangkan tujuan pendidikan Islam berdasarkan Abuddin Nata adalah untuk mewujudkan manusia saleh, taat beribadah dan suka berbuat baik untuk tujuan selanjutnya.
Aliran Filsafat Pendidikan Modern
a. Ontologi Progresivisme
Melihat ontologi progresivisme beristirahat pada tiga Hal yaitu dengan ini prinsip (prinsip duniawi), pengalaman sebagai realitas dan pikiran sebagai fungsi manusia yang unik. Ontologi Progresivisme adalah sebagai mengikuti:
1) Dasar Dengan ini adalah ada kehidupan realitas yang sangat lebar Tidak terbatas alasan penyataan alam alam semesta adalah penyataan di kehidupan manusia.
1) Pengalaman adalah kunci pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Manusia memiliki potensi pikiran yang berperan dalam pengalaman. Keberadaan dan realitas pikiran hanya ada di dalam dalam aktivitas, dalam perilaku. John Dewey berkata, pengalaman adalah kuncinya konsep manusia tentang segala sesuatu. Pengalaman adalah realitas yang meresap dan bangunan pribadi. Pengalaman berdasar- kan Progresivisme:
a) Dinamis, hidup selalu dinamis, tuntutan adaptasi, dan adaptasi ulang dalam semua variasi mengubah terus menerus.
b) sementara (mengubah dari waktu ke waktu);
c) spasial yaitu terjadi di sebuah tempat tertentu di dalam lingkungan kehidupan pria;
d) Pluralistik yaitu terjadi lebar ada koneksi dan antraksi di di mana individu terlibat. Demikian pula subjek yang mengalami pengalaman itu, menangkapnya, dengan utuh kepribadian enggan rasa, maksud, memikirkan dan indranya. Sehingga pengalaman itu ciri pluralistik.
2) Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia hidup karena fungsi fungsi jiwa yang dia memiliki. Potensi intelijen ini selimut kemampuan ingat, imajinasi, meng- hubungkan, merumuskan, melambangkan memecahkan masalah dan berkomunikasi dengan orang lain. Pikiran ini integrasi di di kepribadian, Tidak sesuatu entitas (persatuan lahir) sendiri. Keberadaan dan realitas pikiran hanya ada dalam aktivitas. Pikiran adalah apa adanya pria melakukan. pikiran pada pada prinsipnya adalah peran di di pengala- man.
b. Epistemologi Progresivisme
Melihat epistemologi progresivisme adalah itu pengetahuan itu informasi, fakta, hukum, prinsip, proses, dan kebiasaan yang terakumulasi di pribadi sebagai proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman maupun kontak dengan semua realitas di lingkungan, atau pengetahuan yang diperoleh langsung melalui catatan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas yakin. Lagi sering kita wajah tuntutan lingkungan dan lagi banyak pengalaman kita dalam praktek, jadi lagi besar persiapan kita wajah tuntutan Titik depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan diubah dengan realitas baru di di lingkungan.
a. Aksiologi Progresivisme
Di melihat progresivisme di bidang aksiologi adalah skor timbul karena pria memiliki bahasa, dengan demikian Menjadi mungkin ada satu sama lain koneksi. Jadi Masyarakat adalah tempat di mana nilai-nilai muncul. Bahasa adalah alat ekspresi yang berasal dari dorongan, akan, merasa, kecerdasan individu. Skor itu Benar atau tidak benar, baik atau buruk jika menunjukkan kesesuaian dengan hasil tes yang dialami pria yang dalam asosiasi.
Melihat pendidikan progresivisme akan yang progresif. Tujuan pendidikan harus ditafsirkan sebagai rekonstruksi terus menerus dari pengalaman. Pendidikan seharusnya tidak hanya menyampaikan ilmu kepada siswa untuk diterima, tetapi juga yang lebih penting dari itu adalah melatih kemampuan berpikir dengan memberikan rangsangan rangsangan.
b. Ontologi Rekonstruksionisme
Di bidang ontologi, rekonstruksionisme tampak itu realitas itu ciri universal, di mana realitas ada di mana-mana dan sama di mana-mana. Lalu, setiap kenyataan sebagai zat selalu cenderung mobile dan mengembangkan dari potensi yang nyata. Setiap realitas memiliki sudut pandang sendiri.
c. Epistemologi Rekonstruksionisme
Merupakan pandangan dalam epistemologi, yang mengarah pada konsep pragmatisme (progresivisme) dan perenialisme. Aliran ini menyatakan dasar suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan pembuktian diri, yaitu pembuktian yang ada pada diri pribadi, kenyataan dan adanya.
d. Aksiologi Rekonstruksionisme:
Pada bidang aksiologi, Genre ini melihat itu proses interaksi sesama manusia, diperlukan nilai. Begitu pula halnya dalam hubungan manusia dengan Tidak mungkin satu sama lain dan alam semesta mengambil perilaku yang alami, namun kecenderungan manusia, secara sadar atau tidak manusia telah melakukan proses penilaian. Pengertian nilai secara konteks sebenarnya tidak terbatas. Berbasis prinsip supranatural, yaitu menerima nilai-nilai kodrat universal, berbasis abadi prinsip nilai-nilai teologis. Sifat manusia adalah pancaran potensial (pancaran) yang bersumber dari dan dipimpin oleh Tuhan dan atas dasar ini adalah pandangan tentang benar dan salah bisa tahu. Kemudian manusia sebagai subyek sudah memiliki potensi yang baik dan kejahatan menurut sifatnya. Jenis itu akan tetap tinggi nilai Kapan Tidak dikuasai oleh cuaca nafsu belaka, karena masuk akal memiliki peran memberi penentuan.
Penutupan
1. Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakiket sesuatu yang ada/berada atau dengan kata lain artinya ilmu yang mempelajari tentang yang ada. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam hal ini, aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Disisi lain, aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
2. Menurut etimologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) danlogos (ilmu yang sistematis, teori). Secara terminologi, epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu. 1. Epistemologi merupakan pengetahuan sistematis yang membahas kejadian pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau metode memperoleh pengetahuan, keabsahan, dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).
2. Epistemologi adalah jalan memperoleh pengetahuan, asal pengetahuan, konteks pengetahuan. Latar belakang manusia, hal-hal yang diperlukan, dan perbedaan minat yang terkait dengan pertanyaan seperti dari mana saya berasal? Bagaimana proses terjadinya ciptaan alam? Apa sifat manusia? Patokan baik dan buruk bagi manusia? Apakah faktor kesempurnaan jiwa manusia? Dimana pemerintah yang sebenarnya dan adil? Mengapa keadilan itu adalah bagus? Pada derajat berapa banyak air mendidih? adalah bumi mengelilingi matahari atau di sisi lain? Dan Pertanyaan Lain. Tuntutan sifat dan keinginan manusia Dia bertanya yang dalam Tentu mencari menjawab dan larutan pada permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapi. Pada pada dasarnya, pria ingin mencapai sesuatu esensi dan berusaha penuh arti sesuatu yang Tidak dia tahu.
3. Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal dari kata axio dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai.
Referensi
Aziz, A., & Saihu, S. (2019). Interpretasi Humanistik Linguistik: Upaya Kontekstualisasi Aturan Bahasa Arab. Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab
, 3 (2), 299-214
saihu, S. (2019).
MULAI PERADABAN NABI RAKYAT PRIA MELALUI
KEJADIAN
TURUN ADAM
KITA KE
DUNIA. Mumtaz:
Jurnal Studi
Al-Qur’an dan islami , 3 (2), 268-279,
Mubin, F. (2019).
Penafsiran emansipatoris: BUMI METODOLOGI Penafsiran
KEBEBASAN. Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur’an dan islami , 3 (1), 131-151. Mubin, F KEADILAN DALAM JENIS KELAMIN: RISET KEPEMIMPINAN WANITA DALAM ISLAM1,
Mubin, F. MODEL SEDANG
BELAJAR BERDASARKAN MADRASAH DAN AKTIVITAS LAINNYA YG DIBUTUHKAN DI DALAM (FAKTOR
PENDUKUNG).
Ronaldo, R., Zulfikar, A., Saihu, Ismail,
& Weke, IS (2020). Hubungan
internasional dari asia pasifik
di zaman truf. Jurnal Teknik Perawatan Lingkungan , 8 (1),
244–246.
Şahin, C. AGAMA.
Saihu, Aziz, A., Mubin,
F., & Sarnoto,
AZ (2020). Desain
pendidikan Islam berbasis lokal kebijaksanaan (Sebuah analisis dari sosial sedang belajar
teori di membentuk karakter melalui ngejot tradisi di bali). Jurnal Internasional Sains dan Teknologi Lanjutan , 29 (6), 1278– 1293.
Saihu, M. (2019). Urgensi ‘Urf
dalam Tradisi Laki-laki dan Relevansinya dalam
Dakwah Islam di Jembrana-Bali. Jurnal
Bima islami , 12 (1), 173-201.
saihu, M. (2019). Perawat
Kemajemukan Perawat Indonesia (Potret Pendidikan
Kemajemukan Agama Di Jembrana-Bali) . Terbitkan dalam-dalam.
Saihu, MM, & Aziz, A. (2020). Implementasi Metode Pendidikan Pluralisme di Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Belajea;
Jurnal Pendidikan islami , 5 (1),
131-150.
saihu, S. (2019). PENERAPAN
PENGELOLAAN SEIMBANG KARTU CATATAN
ANGKA DI PONDOK SEKOLAH BERASRAMA JAM’IYYAH ISLAMYYAH TANGERANG SELATAN. Mumtaz:
Jurnal Studi Al Quran dan islami
, 3 (1), 1-22.
saihu, S. (2019). KOMUNIKASI PENDIDIK KE ANAK DIPERLUKAN SPESIAL DI SEKOLAH SPESIAL
ASY-SYIFA MELARANG.
Andragogi: Jurnal
Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam , 1 (3),
418-440.
saihu, S. (2019). KONSEP PRIA DAN PENERAPAN DI PERUMUSAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT MURTADHA
MUTHAHHARI. Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Pengelolaan Pendidikan islami ,
1
(2), 197-217.
saihu, S. (2019).
PENDIDIKAN KARAKTER BERDASARKAN KEBIJAKSANAAN LOKAL (STUDI DI
JEMBRANA BALI). Pendidikan Islam: Jurnal Pendidikan Islam ,
8 (01), 69-90.
Saihu, S. (2019). Pendidikan Pluralisme Agama: Kajian Integrasi Budaya dan Agama di Menyelesaikan Konflik Sosial
Kontemporer. Jurnal Indo- Islam , 9 (1),
67-90,
Saihu, Q (2020). ETIKA TUNTUTAN PENGETAHUAN BERDASARKAN BUKU PELATIHAN MUTA’ALIM. Al
Amin: Jurnal Riset Pengetahuan dan Budaya islami , 3 (1), 99-112. Saihu, S. (2020). KONSEP REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM MENURUT FAZLURRAHMAN. Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Pengelolaan Pendidikan islami , 2 (1), 82-95.
saihu, S. (2020). Pendidikan sosial yang terkandung di Surat At-Tauba Gugus kalimat 71-
72. Pendidikan Islam: Jurnal Pendidikan islami , 9 (01), 127-148.
Saihu, S. (2020). Efeknya
Menggunakan Berbicara Tongkat
Belajar Model pada Mahasiswa Sedang belajar Hasil
di Sekolah Dasar
Islam Sekolah Jamiatul Khair, Ciledug Tangerang. Tarbawi:
Jurnal Ilmiah Pengelolaan Pendidikan , 6 (01), 61-68.
saihu, S., & surat, SEBUAH (2019). Teori
pendidikan behavioristik pembentukan karakter masyarakat muslim
dalam tradisi Ngejot
di Bali. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam , 8 (2), 163-176.
saihu, S., & Marsiti, M.
(2019). PENDIDIKAN KARAKTER DI UPAYA MENENTUKAN
RADIKALISME DI SMA NEGARA 3 KOTA DEPOK, JAWA
BARAT. Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam , 1 (1),
23- 54.
saihu,
S., & Rohman,
B. (2019). PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI
MODEL SEORANG PENDIDIK TRANSFORMASI SEDANG BELAJAR PADA SISWA DI PONDOK
SEKOLAH BERASRAMA NURUL JUJUR BALI. Pendidikan Islam: Jurnal Pendidikan Islam , 8 (02), 435-452.
Saihu, S., & Taufik, T (2019). PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK
GURU. Al Amin: Jurnal Studi Sains dan Budaya islami , 2 (2), 105-116.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar